Sapuan mata terhenti pada garis tertentu.
Memilih pura-pura buta supaya lupa, memilih pura-pura lupa untuk meringankan luka.
Semua masih langkah pura-pura. Hanya perkara waktu nanti yang menjadikannya nyata.
Seperti anak kecil yang merengek dan menangis hingga tertidur, ia esok akan lupa meminta boneka atau permen.
Seperti itulah,
Semoga esok aku lupa, pernah meminta kamu.
Dan aku kembali berjalan bukan dengan langkah pura-pura.
Jika aku mau,
Tuhan dan alam akan berkonspirasi membuatku lupa.
Itu jika aku mau dan berhenti melawan lupa
dengan terus mengingatmu.
Sekarang setiap mimpi yang terajut,
merupakan rentang selangkah menjauh
dan lalu mendekat pada hutan asa baru.
Hingga aku tergiring dan tersesat lagi dalam belukar senyum,
yang tumbuh di kepalaku.
Serajut mimpi. Selangkah menjauhi lalu. Sehasta mendekati baru.
-Sadgenic-