Waktu makan malam kali ini kami habiskan di sebuah warung prasmanan di depan sebuah kampus swasta di Yogyakarta. Seperti biasa kami (aku dan -- sebut saja -- Si Abang) membicarakan banyak hal, mulai dari kehidupan pribadi sampai hal-hal random yang terjadi di sekitar kami. Sampai pada saat percakapan seru kami terhenti karena suara botol mineral plastik -- yang masih ada isinya mungkin beberapa mililiter -- dijatuhkan dari jendela kanan sebuah mobil yang sedang melaju perlahan dekat lampu lalu lintas.
"Gak manner banget ini orang.. Lempar botol sembarangan, lewat sebelah kanan pula," gerutuku sambil melanjutkan menyeruput teh panas.
"Bisa kena pengendara motor tuh, bahaya juga. Kan, kan.." timpal Si Abang sambil mata dan alisnya menunjuk ke arah mobil dan motor yang melewatinya.
Benar saja, tak lama botol itu secara sengaja dan tak sengaja tersenggol ban-ban kendaraan yang melewatinya. Entah apa yang menyihir kami, sejenak kami terkesima dan penasaran bagaimana nasib botol malang itu. Seolah tiba-tiba ada spotlight yang menyorot botol itu di tengah jalanan lengkap dengan kendaraan yang lalu lalang sebagai figuran dan cameo. Mungkin kalau botol itu bisa bernyanyi, dia akan menyanyikan: "Don't you remembeeeerr.. The reason you love meeee..befooore.." #apose :))
Botol itu cukup lama bergulir kesana kemari, tergantung ke mana kendaraan-kendaraan itu 'menendang'nya. Sesekali aku memekik kecil ketika beberapa kendaraan tampak seperti akan melindasnya. Dan spontan 'tontonan' kami itu menjadi ajang tebakan -- selamat atau tidaknya sang botol.
"Wah, kena nih.. Kena pasti.. Liat Dek."
"Jangaaan..! Ayo kamu bisa!"
Tanganku mengepal gemas 'menyemangati' si botol untuk terus bertahan sampai ke pinggir jalan tanpa terlindas kendaraan.
Beberapa kali 'tertendang', botol itu seperti tak punya kuasa untuk bergulir sesuai kemauannya. Tapi hebatnya, tak sedikitpun dia remuk atau hancur. Mungkin terluka. Tapi tak terlindas karena dia terus bergulir.
Akhir cerita, dia berhasil bergulir ke pinggir jalan tanpa cacat. Kami berdua kompak menarik nafas lega, tersenyum satu sama lain, dan melanjutkan menyeruput teh panas kami.
"Terharu juga ya Dek, liatnya."
"Hahahahahaa.."
Serentak kami tertawa, entah menertawakan kerandoman kami atau tertawa bahagia atas 'keselamatan' sang botol.
"Tapi perhatiin deh Dek, botol itu kaya manusia. Ada saat kita dibuang di tengah jalan, terombang-ambing ga jelas mau ke mana karena tendangan dari sana-sini. Tapi tendangan itu juga yang 'mengarahkan' kita untuk terus bergulir sampai tempat tujuan," lanjut Si Abang.
"Tapi bisa juga saat 'ditendang', kita bukan 'terarah' karena tendangan itu, tapi justru 'pasrah' karena tidak tau arah, Bang.."
"Bisa juga sih. Tapi kita tetap bisa sampai tujuan dengan selamat berkat tendangan-tendangan itu. Coba kalau diam, terlindas dan remuk mungkin."
"Iya, mungkin tendangan-tendangan itu yang sudah membuat kita terbiasa dengan pola, dan pada akhirnya bisa mengerti mana jalan yang aman untuk sampai tujuan."
"Dan jangan lupa untuk terus bergerak."
"Hahahahahaa.."
Kami berdua tertawa lagi. Dan aku yakin tawa yang kali ini adalah semacam 'perayaan' atas kecerdasan kami berdua malam ini. ;'P
Si botol bisa saja.. :)